ABSTRAK
Dengan
berkembang pesatnya teknologi di masa sekarang juga berdampak pada Perkembangan
di dunia telekomunikasi, Banyak masyarakat yang sudah mengenal perangkat
seluler untuk berkomunikasi dimanapun dan kapanpun. Sistem komunikasi bergerak diterapkan
dalam pertelekomunikasian pada masa sekarang, karena memungkinkan pelanggannya
dapat bergerak selama proses hubungan komunikasi berlangsung dengan catatan
pelanggan bergerak dalam cakupan area penyelenggara jasa komunikasi, dan hal
ini pun semakin mempermudah dalam berkomunikasi. Hal
itu menyebabkan penambahan jumlah user yang menggunakan layanan seluler yang
berakibat pada penuhnya kapasitas atau daya tampung kanal untuk setiap BTS.
Untuk mengatasi hal ini ada beberapa cara yang tepat untuk menambah kapasitas
kanal yang tersedia, salah satunya adalah menggunakan metode Cell Splitting
(pemecahan cell). Cell Splitting adalah suatu metode untuk menambah kapasitas
kanal dengan cara memecah cell yang sudah ada menjadi lebih kecil. Munculnya
cell kecil hasil pemecahan cel besar tadi akan menambah kapasitas kanal.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Untuk mempermudah dalam
melakukan telekomunikasi dimana saja dan kapan saja digunakan sistem
telekomunikasi bergerak. Sistem
telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi
bergerak adalah sistem komunikasi tanpa kabel (wireless) yaitu sistem komunikasi
radio lengkap dengan antena pemancar dan perangkat radionya. User yang bergerak menyebabkan
karakteristik random sinyal pada kanal transmisinya. Sistem ini bersifat
seluler yang berarti coverage jaringan dibagi dalam beberapa sel
Permintaan pelayanan
tanpa kabel yang terus meningkat dan menyebabkan jumlah kanal pada suatu sel tidak
cukup lagi untuk mendukung jumlah pemakai. Dengan kenyataan ini diperlukan
suatu teknik perancangan selular yang dapat menyediakan kanal yang lebih banyak
pada setiap unit daerah cakupan. Ada tida teknik yang digunakan untuk
meningkatkan jumlah kapasitas dalam sistem selular, yaitu :
1. Pemecahan
Sel ( Cell Splitting )
2. Pembagian
Sektor ( Sectoring )
3. Pendekatan Zona Cakupan ( Coverage Zona Approaches )
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Definisi dari
sistem komunikasi bergerak
2.
Apa pengertian
dari Cell?
3.
Apa pengertian
dari pemecahan sel (cell splitting)?
4.
Bagaimana dampak
dari penggunaan Cell Splitting?
5.
proses dan konsep
yang digunakan dalam pengaturan Cell?
6.
Apa saja Keuntungan Sistem Cell Splitting?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui dan Memahami
definisi dari system komunikasi bergerak
2.
Mengetahui apa pengertian dari Cell.
3.
Mengetahui
bagaimana konsep yang digunakan pada Cell.
4.
Mengetahui apa
pengertian dari pemecahan sel (cell splitting).
5.
Mengetahui dampak
penggunaan cell splitting.
6.
Mengetahui
Keuntungan dari sistem cell splitting.
BAB II
ISI
2.1 Sistem Komunikasi Bergerak
Sistem komunikasi bergerak seluler merupakan system
komunikasi dengan media transmisi tanpa kabel (ruang bebas), yang mampu untuk
memberikan derajat mobilitas yang baik pada user
(MS). User yang bergerak menyebabkan karakteristik random sinyal pada kanal transmisinya.
Sistem ini bersifat seluler yang berarti coverage
jaringan dibagi dalam beberapa sel. sistem
komunikasi bergerak seluler terdiri atas beberapa perangkat :
1.
Mobile Stasion / Mobile Unit (MS)
MS adalah
perangkat yang dibawa oleh user yang terdiri dari Subscriber Transceiver, Control Unit, dan Antena.
2.
Mobile Telephone Switching Office / Mobile
Switching Centre (MTSO / MSC) MSC merupakan pusat koordinasi dari semua cell site
yang ada dan berfungsi sebagai perangkat penyambung utama. Elemen – elemen
MSC
adalah Switching Unit, Processor
(Database Processor, Switch Processor, dan
Coordinator Processor), dan Database Unit yang terdiri
dari :
a. Visitor Location Register, penyimpan
data – data temporer yang masuk dari MSC lain dan sifatnya resident
b. Home Location Register , penyimpan
data – data tetap dari pelanggan dalam MSC
itu sendiri.
2.1.1 Konsep Sistem Komunikasi Bergerak
Ditinjau
dari segi daerah jangkauan (coverage), maka sistem telekomunikasi bergerak
dapat dibedakan menjadi sistem analog dan sistem digital. Pada sistem analog
Base Station Control (BSC) melayani wilayah yang luas dan keuntungan dari
sistem ini adalah relatif mudah dalam hal switching, charging dan transmisi.
Sedangkan kekurangannya yaitu :
·
Kemampuan pelayanan terbatas, sehingga daya yang
dipancarkan harus besar dan antena harus tinggi. Selain itu area pelayanan
dibatasi oleh kelengkungan bumi. Ketika pelanggan sedang melakukan pembicaraan
dan keluar dari suatu wilayah pelayanan, maka pembicaraan terputus karena tidak
memiliki fasilitas handover dan harus melakukan pemanggilan ulang.
·
Unjuk kerja
pelayanan kurang baik karena jumlah kanalnya sedikit sehingga jumlah pelanggan
terbatas.
·
Tidak efisien dalam penggunaan frekuensi karena tidak
menggunakan pengulangan frekuensi sehingga jumlah kanal yang dialokasikan pada
setiap cell akan kecil.
Untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan sistem komunikasi bergerak analog ini, diciptakan
sistem digital, dimana dalam sistem ini daerah pelayanan dibagi menjadi
beberapa wilayah pelayanan yang lebih kecil yang disebut cell.
2.2 Cell
Cell adalah area cakupan (coverage area) dari Radio Base
Station, daerah layanan ini
dibagi – bagi menjadi daerah yang kecil – kecil yang disebut cellular, yang
sifatnya pelanggan mampu bergerak secara bebas di dalam area layanan sambil
berkomunikasi tanpa terjadi pemutusan hubungan. Sel berbentuk heksagonal ( atau
bentuk yang lain ) hanya digunakan untuk mempermudah penggambaran pada layout
perencanaan. Cell menunjukkan cakupan sinyal dan juga cell digunakan untuk
mempermudah penggambaran pada layout perencanaan. Setiap cell dilayani oleh
sebuah Base Transceiver Station (BTS), dan satu BTS dengan BTS dari masing-masing
cell saling berhubungan dan dikendalikan oleh Base Station Control (BSC).
Prinsip
dasar dari arsitektur sistem digital adalah :
1.
Pemancar mempunyai daya pancar yang rendah dan daerah cakupan yang kecil.
2.
Menggunakan prinsip pengulangan frekuensi.
3.
Pemecahan cell pada cell yang padat dengan pelanggan.
Gambar
2.1 model umum dari suatu jaringan seluler
Gambar 2.2 jenis sel
a.
Macam-macam
cell :
·
Omnidirectional
Gambar 2.3
·
Sectoring
120o
Gambar 2.4.1
·
Sectoring 60o
Gambar 2.4.2
b.
Yang mendasari perkembangan :
• Keterbatasan spektrum frekuensi
• Efisiensi penggunaan spektrum frekuensi
• Keterbatasan spektrum frekuensi
• Efisiensi penggunaan spektrum frekuensi
c.
Parameter Dasar
• Frequency Reuse
• Frequency Reuse
Frequency
Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi
tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya.
Terbatasnya spektrum frekuensi yang dapat digunakan pada sistem komunikasi
bergerak menyebabkan penggunaan spektrum frekuensi tersebut harus seefisien
mungkin. Jarak antara 2 sel yang menggunakan frekuensi yang sama ini harus
diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan interferensi.
• konsep Hand Off
• konsep Hand Off
Handoff
memungkinkan seorang pengguna
pindah dari suatu sel ke sel yang lain tanpa adanya pemutusan hubungan. Terjadi
pemindahan frekuensi / kanal secara otomatis yang dilakukan oleh sistem. Peristiwa
hand over (H.O) ‘umumnya’ terjadi karena pergerakan MS sehingga keluar dari
cakupan sel asal dan masuk cakupan sel baru.
2.3 Konsep
Cell
Pembagian sel – sel dalam sistem seluler dimodelkan dalam
bentuk hexagonal. Tiap selnya mengacu pada satu frekuensi kanal dan masing –
masing tidak boleh berfrekuensi berdekatan atau bahkan sama agar tidak terjadi
overlapping.
Gambar 2.5 Konsep bentuk cell
Berdasarkan jari – jari sel, terdapat tiga jenis sel, yaitu :
a. Sel
Besar (Makro Cell). Jenis sel ini biasa digunakan pada daerah urban dimana
terdapat gedung – gedung tinggi dan daerah yang padat penduduk agar dapat
menopang konsumsi sel – sel kecil (cell splitting). Jarak sel minimal
adalah 1 km dan biasanya digunakan untuk jari –jari sel diatas 3 km.
b. Sel
Kecil (Mikro Cell). Jari – jari yang digunakan untuk model sel kecil ini akurat
dengan rentang 0,2 kn sampai 5 km, biasanya sekitar 3 km. karekteristik lain
pada sel ini yaitu ketinggian antenna yang berkisar 4 m – 50 m.
c. Pico
Cell dimana sel ini biasanya terdapat didalam suatu gedung atau ruangan
(bersifat indoor) untuk dapat menopang besarnya traffic yang terjadi di dalam
gedung itu dan untuk mengatasi interferensi sinyal akibat pemantulan dari
dinding gedung
2.4
Pemecahan sel (Cell Splitting )
Pemecahan
Sel (cell splitting) adalah sebuah proses membagi – bagi sebuah sel yang
intensitas komunikasinya demikian padat sehingga sering terjadi pembelokan, menjadi
sel – sel yang wilayah cakupannya lebih kecil. Setiap sel pecahan ini masing –
masing memiliki BTS sendiri dengan daya pancar dan ketinggian antena yang lebih
rendah.
Pemecahan sel akan menaikkan kapasitas sebuah sistem
selular, karena ia menambah jumlah sel dengan pola perulangan yang mengikuti
pola aslinya. Pemecahan sel akan menambah jumlah kapasitas total
sistem karena pemecahan sel juga berarti menambah jumlah perulangan M. Dengan
membentuk sel – sel baru yang memiliki radius yang lebih kecil daripada sel
aslinya, serta menempatkan sel – sel kecil ini (yang disebut sel – sel mikro)
diantara sel – sel yang sudah ada, kapasitas sistem akan bertambah, disebabkan
oleh banyaknya kanal tambahan per satuan wilayah. Dengan metode ini maka tidak
perlu adanya penambahan bandwidth seiring bertambahnya jumlah pelanggan.
Gambar 2.6 dan 2.7 memperlihatkan contoh pemecahan sel. Pada
gambar-gambar tersebut, stasiun basis diletakkan di sudut sel, dan daerah yang
dilayani oleh stasiun basis A dianggap telah dikelilingi oleh tiga stasiun
basis mikrosel yang baru. Dalam contoh ini ketiga mikrosel ditambahkan
sedemikian rupa sehingga pola penggunaan ulang frekuensi dalam sistem tersebut
tetap terjaga. Sebagaimana terlihat pada gambar, pemecahan sel pada dasarnya
adalah penskalaan geometri kelompok sel, yaitu radius mikrosel sama dengan
setengah radius sel asal. Untuk sel-sel yang mempunyai ukran lebih kecil
tersebut, daya pancar antena stasiun basisnya juga harus dikurangi. Daya pancar
untuk sel-sel baru ini dapat ditentukan dengan menguji daya yang diterima pada
perbatasan sel baru dan sel asal. Kedua daya yang diterima kemudian disamakan.
Hal ini dilakukan supaya penggunaan ulang frekuensi pada sel-sel baru tersebut
dapat menggunakan pola yang sama dengan pola sebelumnya. Dengan perhitungan
yang teliti, ternyata daya pancar harus diturunkan sebesar 10 dB untuk dapat
menjangkau daerah cakupan semula (sebelum pemecahan sel) dengan menggunakan
mikrosel dan tetap menjamin perbandingan sinyal-derau yang telah ditentukan.
Gambar 2.6 Pemecahan Sel
Pada kenyataanya tidak semua sel akan atau harus
dipecah pada saat yang sama. Dalam sistem seluler biasanya terdapat sel-sel
dengan ukuran yang berbeda-beda secara bersamaan. Keadaan ini membuat pembagian
kanal menjadi lebih rumit. Lepas-tangan harus dapat dilaksanakan baik untuk
pemakai berkecepatan tinggi maupun untuk pemakai berkecepatan rendah.
Pendekatan payung dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini.
Jika dalam suatu sistem seluler terdapat dua macam sel
dengan ukuran yang berbeda seperti pada gambar 2.6, maka daya pancar yang
digunakan harus memperhitungkan kepentingan masing-masing sel. Jika digunakan
daya pancar sel besar untuk semua sel, maka beberapa kanal yang digunakan oleh
sel-sel kecil akan lebih mudah berinterferensi dengan sel-sel ko-kanal. Dipihak
lain, jika digunakan daya pancar sel kecil untuk semua sel, maka akan terdapat
daerah-daerah pada sel besar yang tidak terlayanii. Untuk mengatasi hal ini
maka kanal-kanal dalam sel asal harus dibagi menjadi dua kelompok, satu
kelompok untuk sel besar dan yang lain untuk sel kecil. Masing-masing kelompok
kanal tersebut dapat digunakan secara berulang sesuai dengan konsep penggunaan
ulang frekuensi. Sel yang lebih besar melayani pemakai berkecepatan tinggi
sehingga tidak banyak terjadi lepas-tangan.
Gambar 2.7 Pemecahan sel
pada seluruh wilayah pelayanan
Ukuran kelompok kanal tergantung pada tingkat
pemecahan sel. Pada awal proses pemecahan sel, hanya dibutuhkan lebih sedikit
kanal untuk sel kecil. Bersamaan dengan naiknya permintaan maka kebutuhan kanal
untuk sel-sel kecil ini juga akan bertambah. Proses pemecahan sel akan terus
berlangsung hingga seluruh kanal digunakan pada kelompok berdaya rendah (sel
kecil). Jika
setiap sel diperkecil dengan jangkauan radius cakupan yang menjadi setengah
dari radius semula, maka untuk mencakup keseluruhan wilayah dengan sel – sel
yang lebih kecil setengahnya ini akan dibutuhkan sekitar empat kali dari jumlah
sel semula. Kondisi tersebut dapat diilustrasikan melalui gambar 2.8. Wilayah
yang dicakup oleh lingkaran semacam itu adalah empat kali luas wilayah yang
dapat dicakup oleh sebuah lingkaran dengan radius R/2 atau setengahnya.
Peningkaran jumlah sel akan menaikkan banyaknya kelompok sel di dalam
keseluruhan wilayah cakupan, yang pada gilirannya juga akan menambah banyaknya
kanal, yang berarti juga kapasitas dalam wilayah cakupan tersebut. Pemecahan
sel memungkinkan sebuah sistem dikembangkan kapasitasnya, namun tidak akan
mengacaukan model alokasi kanal yang dibutuhkan guna mempertahankan nilai
perbandingan perulangan kanal (Q) antara sel – sel yang berkanal sama.
Gambar 2.8 Sebuah lingkaran dengan radius R yang
dicakup dengan empat buah lingkaran yang beradius R/2
Metode
yang digunakan pada cell splitting disebut juga sektorisasi yang biasa
dilakukan pada pusat sel atau membagi pusat grup sel menjadi beberapa sel kecil
agar dapat menampung semua pelanggan yang tersebar tersebut.
Gambar 2.9 Contoh
sektorisasi cell splitting
Dari
gambar 2. 9
dapat diamati dari sel besar yang awalnya berjumlah 4, setelah dilakukan
sektorisasi maka akan ada penambahan jumlah sel menjadi 6, karena pada
prosesnya sel besar disektorisasi menjadi 2 buah sel lain yang lebih kecil.
Ukuran sel – sel yang dipecah bergantung pada dua faktor, yaitu :
1.
Aspek Radio
Ukuran sebuah sel kecil (sel mikro) bergantung pada terjaminnya
pengendalian cakupan radio yang baik sehingga secara akurat sel itu mampu
mengenali lokasi ponsel yang terletak di wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya.
2.
Kapasitas Prosessor Penyaklarannya
Semakin
kecil selnya berarti akan semakin banyak sel yang dipecah, yang berdampak
semakin banyaknya peristiwa handoff yang harus ditangani. Keberhasilan
penanganan handoff sangat bergantung pada kapasitas prosessornya untuk
mampu melakukan ini merupakan faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan
faktor cakupan wilayah sel – sel mikronya.
2.5 Dampak Penggunaan Cell Splitting
Untuk dapat tetap mempertahankan jarak perbandingan
perulangan frekuensi (D/R) dalam sistem, ada dua hal yang harus
dipertimbangkan.
1. Pemecahan
sel – sel jelas akan mempengaruhi sel – sel tetangga atau sel – sel sebelahnya
karena pemecahan sel menyebabkan keadaan yang tidak seimbang dalam hal pancaran
daya dan jarak perulangan frekuensinya. Ini akan mendorong diperlukannya
pemecahan sel – sel sebelahnya. Fenomena ini disebut sebagai ‘dampak
pengerutan’ (ripple effect).
2. Kanal
– kanal tertentu harus digunakan sebagai ‘kanal penghalang’ untuk
menganggulangi timbulnya interferensi yang dapat mengganggu kerja sistem. Dalam
tingkatan yang sama, sel – sel besar dan sel – sel kecil dapat diisolasi dengan
memilih sekelompok frekuensi yang hanya akan digunakan di dalam sel – sel yang
berlokasi diantara sel – sel besar di satu sisi dan sel – sel kecil di sisi
lainnya, dengan maksud mengeliminasi interferensi yang ditransmisikan dari sel
– sel besar ke sel – sel kecil.
2.6 Keuntungan Sistem
Cell Splitting
1.
Kapasitas pelanggan besar karena setiap pembawa
tentunya mempunyai lebar band tertentu satu kanal. Dalam sistem GSM kanal
pembawa merupakan kombinasi dari Frequency Division Multiple Access (FDMA) dan
Time Division Multiple Access (TDMA) sehingga mempunyai kanal yang lebih banyak
dibanding dengan sistem analog yang hanya menggunakan sistem FDMA, juga dengan
diberlakukanya sistem pengulangan frekuensi, maka alokasi frekuensi pembawa
dalam cell-cell semakin menambah kapasitas kemampuan pelanggan.
2.
Efisien dalam
penggunaan pita frekuensi karena memakai prinsip pengulangan frekuensi. Konsep
pengulangan frekuensi merupakan pengalokasian ulang suatu frekuensi pembawa
pada cell setelah mencapai jarak pisah tertentu, dengan efisiensi pita
frekuensi kapasitas akan semakin besar.
3.
Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kepadatan lalu
lintas atau trafik karena cell dapat dipecah. Apabila suatu area dengan luas
cakupan tertentu telah mencapai tingkat kepadatan yang tinggi, maka masalah ini
dapat diatasi salah satunya dengan pemecahan cell, yang mana proses pemecahan
cell ini merupakan proses menambah atau mengganti cell semula dengan cell- cell
yang mempunyai luas cakupan lebih kecil, hal ini berarti beban trafic dapat
dibagi dengan cell baru tersebut.
4.
Cakupan area yang lebih luas.
5.
Kualitas suara yang lebih baik, karena dengan sistem
digital maka kualitas suara dihasilkan akan semakin jernih. Sistem analog
menggunakan frekuensi rendah rawan dengan gangguan frekuensi dari luar,
sedangkan dengan sistem digital yang digunakan pada sistem komunuikasi seluler
menggunakan frekuensi tinggi yang lebih tahan terhadap gangguan frekuensi dari
luar sehingga kualitas suara lebih baik.
6.
Memiliki berbagai fasilitas kemudahan diantaranya
pengiriman teks, penitipan pesan suara, pengalihan panggilan dll.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan
pembahasan yang telah disampaikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Cell
adalah cakupan area dimana pelanggan dapat melakukan komunikasi tanpa mengalami
putus sambungan.
2. Konsep cell dibentuk secara hexagonal dengan
tiga tipe yaitu : makro cell, mikro cell, dan piko cell.
3. Cell
splitting adalah proses pemecahan sel makro menjadi sel mikro atau piko yang
bertujuan untuk menambah kapasitas kanal seluler.
4. Penggunaan cell splitting dapat mengakibatkan
interferensi antar sel satu dengan yang lain jika tidak diatur dengan baik.
5. Sel
– sel mikro yang memiliki radius setengah dari sel asalnya, akan mengakibatkan
peningkatan kapasitas sistem hampir mendekati 4 kali lipat
DAFTAR
PUSTAKA
http://siraits.files.wordpress.com/2008/03/modul-3-komunikasi-bergerak.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar